Kampus Punya Peran Penting Cegah Radikalisme

0 0
Read Time:2 Minute, 25 Second

Forum Pentaloka bertajuk “Aktualisasi Pancasila Sebagai Benteng Radikalisme di Lingkungan Perguruan Tinggi” di STKIP Kusuma Negara, Rabu (25/1).REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Maraknya paham radikalisme yang menyasar anak-anak muda akhir-akhir ini menggugah para pendidik untuk melakukan gerakan perlawanan, khususnya di lingkungan kampus. Civitas dianggap menjadi benteng kuat bagi anak muda menangkal paham-paham radikalisme.

“Ideologi Pancasila dan NKRI dalam kondisi mengkhawatirkan dengan maraknya kekerasan dan tindakan anarkis”, ujar ketua Asosiasi Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (ADPK), Sudarilah, dalam diskusi forum Pentaloka bertajuk “Aktualisasi Pancasila Sebagai Benteng Radikalisme di Lingkungan Perguruan Tinggi” di STKIP Kusuma Negara, Rabu (25/1).

Menurutnya, butuh penambahan wawasan bagi para dosen Pancasila dan Kewarganegaraan dalam rangka membentengi mahasiswa dari paham radikal yang membahayakan keutuhan bangsa. Forum Pentaloka dihelat dengan menghadirkan sejumlah narasumber kompeten. Pentaloka diikuti 130 peserta, terutama dosen Pancasila dan Kewarganegaraan dari sejumlah provinsi, seperti Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Kalimantan.

Dalam diskusi tersebut, Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD), Letjen TNI (Purn) Slamet Supriadi menyimpulkan, gerakan radikal dan teror yang kini menjadi ancaman global bukan hanya dilatarbelakangi oleh ketertinggalan pembangunan di negara-negara Selatan (berkembang), ataupun pemahaman agama yang sempit. Lebih dari itu, kata dia, ada campur tangan pihak ketiga, yang menjadikan kelompok-kelompok teroris sebagai aktor lapangan dalam skenario proxy war (asimetric war).

Ini Sebagaimana pengakuan Hillary Clinton, mantan Menlu Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa dalam rangka menghemat anggaran operasi militer AS di Afghanistan, pejabat setempat pada tahun 1980-an menggunakan “tangan” Wahabiah, Alqaidah dan Mujahidin untuk mengalahkan Uni Soviet.

“Aksi proxy war diakui pihak Washington mampu menghemat biaya perang hingga 5 Miliar dolar AS”, kata Supriadi.

Oleh karena itu, dalam rangka menyelamatkan generasi muda dari jeratan radikalisme, Supriadi menawarkan beberapa langkah. Pertama, reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam hidup berbangsa bernegara. Kedua, ketahanan nasional di semua bidang. Ketiga, persatuan dan kesatuan bangsa yang didukung TNI / POLRI, serta ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Keempat, pembangunan nasional berwawasan nusantara. Kelima, mewujudkan stabilitas nasional mantap dan dinamis, terkendali dengan tetap mendorong demokrasi. Keenam, revisi semua UU yang bertentangan dengan UUD 1945. Ketujuh, standar moral penyelenggara negara yang bebas KKN.

“Dan kedelapan, adanya Early Warning System untuk mitigasi bagi masyarakat,” tegasnya dalam diskusi yang dimoderatori Rika Kartika, dosen Pancasila di sejumlah perguruan tinggi yang juga peneliti dari Developing Countries Studies Center (DCSC) tersebut.

Pandangan senada disampaikan Soeprapto, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB). Oleh karena radikalisme dan terorisme berawal dari pola pikir atau mindset, maka Pancasila bisa menjadi benteng yang kuat dalam bentuk pola pikir, sikap, tindakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghambat berkembangnya paham radikal. Dalam keadaan demikian, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk meminimalisasi berkembangnya radikalisme di kalangan anak muda dan menjamin hadirnya demokrasi. Ia meyakini demokrasi bisa meredam radikalisme bila semua stakeholders pemerintahan memiliki komitmen yang sama.

“Cara terbaik menangkal radikalisme adalah dengan mewujudkan pemerintahan bersih, transparan, partisipatoris, akuntabel dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia”, katanya.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/17/01/26/okditk365-kampus-punya-peran-penting-cegah-radikalisme

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

About Author

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *